Kamis, 12 Februari 2015

Renungan (Membangun Karakter Kristen Yang Unggul)


Zakeus
(Lukas 19 : 1-10)

1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
2  Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
3  Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
4  Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
5  Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
6  Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
7  Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
8  Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
9  Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
10  Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Membangun Karakter Kristen Yang Unggul

Berbicara soal karakter berarti kita berbicara mengenai diri kita sendiri. Dan jika kita membahas tentang karakter yang unggul itu artinya karakter tersebut memiliki kelebihan. Karakter yang unggul berarti karakter yang memiliki kelebihan dari karakter-karakter yang lain.

Dalam nats Firman Tuhan ini, ada 3 model karakter yang dibangun oleh Zakeus dan karakter-karakter itulah yang membuat Zakeus dapat melihat Tuhan Yesus dalam perspektif yang benar.

1.      Zakeus Melihat Tuhan Yesus diatas Segala Kedudukan
Dalam ayat 2 mencatat bahwa Zakeus adalah seorang yang memiliki jabatan yang besar yaitu kepala pemungut cukai. Pastinya Zakeus memiliki banyak sekali kesibukan. Akan tetapi ia mengorbankan rutinitas untuk melihat Yesus. Terkadang kesibukan kita bembuat kita tidak mau diganggu, tapi hal ini tidak dilakukan oleh Zakeus, ia mengesampingkan pekerjaannya untuk bertemumelihat Yesus.

Banyak orang bisa berkata “saya mau mengikut Yesus” atau “saya percaya kepada Yesus”. Tapi tidak semua orang mau meninggalkan kesibukannya untuk mengikut Yesus. Contohnya seperti kita berdoa dan kita pergi beribadat merupakan hal yang harus kita lakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. Namun ada orang-orang yang lebih mementingkan pekerjaan mereka atau kesenangan hati mereka untuk melakukan semuanya itu.
Perkembangan jaman membuat orang-orang menjauh dari Tuhan. Tidak hanya itu, bahkan kemajuan ekonomi yang dimiliki oleh orang-orang sekarang ini membuat mereka melupakan Tuhan. Janganlah kita mencari Tuhan disaat kita mengalami kesulitan, namun saat kita senang kita mulai meninggalkan Tuhan.

2.      Melihat Tuhan Yesus Diatas Segala Kekayaannya
Pada ayat 2b menjelaskan bahwa Zakeus adalah seorang yang kaya. Tapi Zakeus melihat Yesus lebih mulia dari semua yang ia miliki. Ia bahkan rela untuk berkorban seperti yang tercatat dalam ayat 8 bahwa Zakeus menyumbang dari apa yang ia miliki kepada orang-orang miskin. Dalam hal mengikut Yesus ada hal-hal yang harus kita korbankan, baik itu waktu kerja kita, uang kita dan masih banyak lagi. Tidak ada salahnya kita memiliki kekayaan, tapi Yesus harus diatas semua kekayaan itu. Percuma saja kalau kita memiliki harta yang banyak, tapi tidak ada Yesus di hati. Dan jika Yesus tidak ada Yesus di hati kita, maka tidak ada sukacita dan damai sejahtera dalam hati kita. Karena semua yang kita miliki di dunia ini berasal dari Tuhan.

3.      Melihat Yesus Diatas Segala Keterbatasannya
Dalam ayat 3 mencatat bahwa Zakeus adalah orang yang pendek. Tapi kekurangan itu tidak membatasinya untuk bertemu dengan Yesus. Ia menerima kekurangnya itu dan ia tidak mau kalau kekurangannya itu menjadi hal yang menghalangi dia untuk melihat Yesus.
Kita semua pasti memiliki kekurangan, karena tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan. Tapi dengan keterbatasan yang kita miliki dapat diatasi oleh Tuhan dengan memberikan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Janganlah kita menyerah ditengah  keterbatasan kita. Percayalah bahwa Yesus sanggup melakukan segala perkara.

#Amin#



Sabtu, 07 Februari 2015

Renungan (Akhir Hidup Dua Kelompok Manusia)


Perarakan Kemenangan Allah
 (Mazmur 68 :1-5)

1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Nyanyian. (68-2) Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya.
2  (68-3) Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah.
3  (68-4) Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita.
4  (68-5) Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!


Akhir Hidup Dua Kelompok Manusia

Judul dari nats yang kita pelajari kali ini adalah “Perarakan Kemenangan Allah”. Setiap orang pasti pernah mengalami banyak sekali pengalaman dalam kehidupannya, baik itu pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman yang buruk. Kali ini kita bahas tentang hal-hal yang menyenangkan. Mungkin ada dari kita yang naik pangkat, ada yang mendapat nilai ujian 100 atau ada yang memenangkan lomba dan lain sebagainya. Pasti semuanya itu sangat menyenangkan. Tapi yang saya ingin tanyakan, dari semua keberhasilan yang kita peroleh, seberapa dari kita yang meyakini bahwa hal itu bisa terjadi karena pertolongan Tuhan dan bukan karena kemampuan kita. Ada keyakinan atau kepercayaan yanag muncul dalam hati kita yang mengatakan bahwa kalau tanpa pertolongan Tuhan semua kemenangan itu tidak akan pernah kita dapatkan.

Tidak terlepas dari hal itu, kita akan membahas tentang “Nasib Atau Akhir Hidup Dari Dua Kelompok Manusia”.

Pada ayat 1-3 menceritakan tentang kehidupan orang fasik atau orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka “Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah” (ayat 3). Satu contoh ketika kita pergi beribadah dan ada sekelompok anak-anak muda yang hanya duduk dipinggir jalan sambil merokok, meminum minuman keras dan lain sebagainya. Mereka melihat kita pergi beribadah, tapi mereka malah mengabaikan semuanya dan melanjutkan apa yang telah mereka lakukan. Mereka tahu kalau apa yang mereka lakukan itu salah atau tidak berkenan dihadapan Tuhan tapi mereka tetap melakukan hal-hal tersebut. Pertanyaannya mengapa mereka terus melakukan hal tersebut? Karena keinginan daging, keegoisan mereka lebih dominan dari apa yang seharusnya mereka lakukan yaitu hal-hal yang sesuai kehendak Allah. Bahkan rasa takut mereka menjadi tumpul, mereka berjalan seperti tanpa arah dan kehidupan mereka jauh dari kehendak Allah. Alkitab mengatakan bahwa orang-orang seperti ini akan meleleh lilin dihadapan api, mencair dan tidak tahan terhadap api.

Satu contoh lagi, mengapa orang-orang lari ke narkoba? Sedikit yang saya ketahui tentang orang-orang yang menggunakan narkoba, mereka bukanlah orang miskin, mereka adalah orang-orang kaya yang mengeluarkan banyak sekali uang mereka hanya untuk kesenangan sesaat. Karena apa? Karena mereka tidak punya harapan dan tujuan dalam hati mereka. Mereka hidup tanpa arah dan tidak ada pegangan yang mereka bisa andalkan dalam kehidupan mereka. Sehingga alkitab mengatakan bahwa hanya orang-orang yang berpegangan pada Tuhan dan bersandar kepada kebenaran Allah, maka orang-orang itu akan menjadi kuat.

Pada ayat 4-5 mencatat bahwa orang benar akan bersukacita. Siapakah orang benar itu? orang benar adalah orang yang melakukan kebenaran dan orang benar adalah orang yang dibenarkan dalam Kristus serta orang-orang yang hidup takut akan Tuhan mereka patut untuk bersukacita.

Akan tetapi setelah kita menjadi orang-orang benar, kita juga diberi tanggung jawab. Pada ayat 5 “buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan!”. Kita menjadi jalan atau jembatan untuk menyampaikan berita keselamatan dari Tuhan kepada mereka yang hidupnya jauh dari Tuhan. Meskipun tidak banyak hal yang dapat kita lakukan, misalnya menasehati mereka jika mereka melakukan hal yang salah dan lain sebagainya.

Marilah kita saling mengingatkan satu sama lain karena kasih Allah yang sangat luar biasa dalam kehidupan kita.
#Amin#



Selasa, 03 Februari 2015

Renungan (Bagaimana Tuhan Menjawab Pergumulan Kita)


(Matius 9 : 18-26)
Anak Kepala Rumah Ibadat
Perempuan Yang Sakit Pendarahan

18 Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup."
19  Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
20  Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.
21  Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
22  Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
23  Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut,
24  berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia.
25  Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu.
26  Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.


Bagaimana Tuhan Menjawab Pergumulan Kita

Dalam nats Firman Tuhan ini, tertulis bahwa ada dua pergumulan yang dihadapi oleh dua orang yang berbeda. Yang pertama adalah seorang kepala rumah ibadat yang bersedih karena anaknya perempuan meninggal. Dan yang kedua adalah seorang wanita yang telah menderita penyakit pendarahan selama dua belas tahun. Tapi semua persoalan itu dapat diatasi dengan pertolongan Tuhan Yesus.

Kita lihat persoalan yang pertama, seorang kepala rumah ibadat datang kepada Tuhan Yesus dan meminta pertolongan. Dalam Injil Lukas menjelaskannya lebih jelas bahwa kepala rumah ibadat itu bernama Yairus dan anaknya perempuan satu-satunya yang berumur dua belas tahun telah meninggal.

Coba kita bayangkan Yairus memiliki anak perempuan satu-satunya, pasti ia sangat menyayangi anak perempuannya itu. Tapi suatu ketika hal buruk terjadi pada anak itu,  mungkin anak itu sakit atau bahkan hal yang terburuk yaitu anak itu meninggal, pasti hatinya sangat sedih.

Untuk persoalan yang kedua, seorang wanita yang sudah sakit pendarahan selama dua belas tahun. Memang bukan waktu yang singkat, dia harus menunggu pemulihan terjadi dalam hidupnya dalam waktu yang lama.

Kita semua pasti memiliki persoalan hidup masing-masing, namun bagaiman caranya agar Tuhan dapat menjawab setiap pergumulan kita?
1.      Mintalah Kepada Tuhan Dengan Rendah Hati
Pada ayat 18 dikatakan bahwa kepala rumah ibadah itu datang dan menyembah Yesus. Ia datang dengan kerendahan hati dan meminta pertolongan Tuhan. Dalam kehidupan kita sering menghadapi banyak persoalan, tapi ketika kita meminta kepada Tuhan dan Tuhan belum menjawab doa kita, secara manusiawi kita sering merasa jenuh bahkan bersungut-sungut dan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain yang kehidupannya lebih baik dari kita. Namun, perlu kita ingat bahwa jika Tuhan mampu menyembuhkan orang-orang ini, pasti Tuhan juga mampu menolong kita asalkan kita meminta pertolongan Tuhan dengan rendah hati.

2.      Mintalah Kepada Tuhan Dengan Iman
Dalam ayat 20 menjelaskan bahwa pada saat Tuhan Yesus berjalan menuju rumah kepala rumah ibadah, ada seorang wanita yang sudah sakit pendarahan selama dua belas tahun mengikutiNya dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.  Wanita ini merasa tidak layak atau merasa dirinya najis, sehingga ia tidak berani bejumpa dengan Tuhan secara langsung dan ia hanya mengikuti Tuhan Yesus dari belakang. Tapi dengan iman yang ia miliki, ia mendapat pemulihan yang sangat luar biasa dalam kehidupannya.

Namun ada persoalan lain lagi yang dapat kita lihan pada ayat 23-24. Ketika Tuhan Yesus sampai di rumah kepala rumah ibadah itu dan ingin membangunkan anak itu, Ia ditertawakan oleh orang-orang yang ada disitu. Tapi ketika orang-orang itu sudah diusir, Ia pun membangunkan anak itu dan anak itu terbangun.

Jangan pernah kita meragukan kuasa dan pertolongan Tuhan. Karena apabila kita meminta pertolongan dari Tuhan dengan rendah hati dan beriman kepada Tuhan maka setiap persoalan yang kita hadapi pasti dapat teratasi.

#Amin#






Senin, 02 Februari 2015

Renungan (Damai Sejahtera Dihati)

Minggu, 01 Februari 2015


(Yesaya 32: 9-20)
Peringatan Kepada Perempuan-Perempuan Yerusalem

9  Hai perempuan-perempuan yang hidup aman, bangunlah, dengarkanlah suaraku, hai anak-anak perempuan yang hidup tenteram, perhatikanlah perkataanku!
10  Dalam waktu setahun lebih kamu akan gemetar, hai orang-orang yang hidup tenteram, sebab panen buah anggur sudah habis binasa, dan panen buah-buah lain juga tidak ada.
11  Gentarlah, hai perempuan-perempuan yang hidup aman, gemetarlah, hai perempuan-perempuan yang hidup tenteram, tanggalkanlah dan bukalah pakaianmu, kenakanlah kain kabung pada pinggangmu!
12  Ratapilah ladangmu yang permai, dan pohon anggurmu yang selalu berbuah lebat,
13  ratapilah tanah bangsaku yang ditumbuhi semak duri dan puteri malu, bahkan juga segala rumahmu tempat bergirang-girang di kota yang penuh keriaan.
14  Sebab purimu sudah ditinggalkan dan keramaian kotamu sudah berubah menjadi kesepian. Bukit dan Menara sudah menjadi tanah rata untuk selama-lamanya, menjadi tempat kegirangan bagi keledai hutan dan tempat makan rumput bagi kawanan binatang.
15  Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas: Maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan.
16  Di padang gurun selalu akan berlaku keadilan dan di kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran.
17  Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.
18  Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman.
19  Hutan akan runtuh seluruhnya dan kota akan direndahkan serendah-rendahnya
20  Berbahagialah kamu yang boleh menabur di segala tempat di mana terdapat air, yang dapat membiarkan sapi dan keledainya pergi ke mana-mana!



Damai Sejahtera Dihati

Berbicara soal damai sejahtera, sering kita kaitkan dengan kehidupan yang mewah, kekayaan atau hal-hal duniawi yang membuat hati kita senang. Dalam alkitab ini menyatakan bahwa Nabi Yesaya menegur bangsa Israel yang pada saat itu hidup jauh dari kehendak ALLAH dan bahkan mereka tidak menggingat ALLAH. Sehingga mereka kehilangan damai sejahtera mereka karena bencana atau penderitaan yang menimpa kehidupan mereka (Ayat 10-11).

Pertanyaan bagi kita sekalian, bagaimana cara kita mengembalikan damai sejahtera yang Tuhan sudah berikan kepada kita, namun karena sifat angkuh dan mementingkan diri sendiri yang kita miliki sehingga damai sejahtera itu hilang dari diri kita.

1.      Harus Merendahkan Diri

Pada ayat 11 menyatakan bahwa saat bangsa Israel berada di puncak kejayaan mereka, mereka melupakan ALLAH. Para wanita bersenang-senang sepanjang hari dan tidak pernah mengingat ALLAH. Karena sikap mereka inilah yang mendatangkan bencana untuk dalam kehidupan mereka yaitu ladang-ladang mereka menjadi kering dan penuh dengan semak duri (ayat 12-14). Hal yang pertama yang harus dilakukan agar dapat mengembalikan damai sejahtera adalah dengan merendahkan diri. Mereka harus merendahkan diri mereka dan mengakui Tuhan sebagai sumber segala berkat. Maka Tuhan akan mengembalikan ladang-ladang mereka yang telah rusak menjadi baik. Dan apabila mereka tidak merendahkan diri akan ada penderitaan yang sangat luar biasa. 

Begitu pula dengan diri kita, terkadang kita sering memegahkan diri kita bahkan hanya mau mengandalkan kemampuan kita. Tidak hanya itu, kita juga sering melupakan Tuhan pada saat kita senang. Tapi semuanya itu akan membawa kita jauh dari Tuhan dan kita akan kehilangan damai sejahtera. Oleh karena itu, kita perlu mengingat bahwa semua yang kita peroleh dan semua yang ada di dunia ini adalah semata-mata anugerah Tuhan.

2.      Hidup Dalam Kebenaran
Dalam ayat 16-18 secara tersirat menyatakan bahwa “dimana ada kebenaran, disitu ada damai sejahtera”. Kebenaran tidak hanya membuat kita menjadi damai tapi dapat memperat hubungan kita dengan Tuhan. Damai sejahtera yang berasal dari Tuhan tidak bisa dibandingkan dengan kekayaan kita atau semua kemewahan yang ada didunia ini. Damai sejahtera yang lahir dari hati maka akan menjadi berkat untuk kita semua. Dalam kitab ini juga mencatat bahwa damai sejahtera mereka sangat jauh tapi Tuhan berjanji untuk selalu memberkati umatNya (Ayat 20).

#Amin#